LAWAN NEO LIBERALISME !!!

Neo-Liberalisme sengaja di munculkan oleh negeri-negeri sentral kapitalisme dalam upaya menumpulkan titik kontradiksi di negara-negara dunia, terutama di negara dunia ketiga seperti Indonesia, dimana kita dapat menyaksikan ternyata betapa rakyat tertipu dengan isyu-isyu demokratisasi secara politik yang digulirkan oleh para penguasa, dan parahnya di tingkat gerakan mahasiswa, gerakan buruh ataupun gerakan rakyat banyak yang terbawa arus oleh fenomena neo liberalisme ini, dimana gerakan-gerakan ini dipaksa untuk muncul ke permukaan dan setelah itu mereka di belokkan secara ideologi menjadi ideologi yang sangat kompromistis terhadap kapitalisme, yaitu ideologi Reformisme.

Kalau dilihat dari gerak negara kapitalis, tampaknya ada sebuah persengkokolan yang dilakukan dengan negara-negara yang tengah berkembang. Persengkokolan ini memang tidak terlihat. Yang nampak adalah justru penindasan oleh negara-negara imperialis. Ialah dengan melebarnya kepak sayap imperialisme. Demokrasi pasca Suharto di Indonesia menjadi liberal, karena belum tumbuhnya sebuah organisasi/gerakan progresif kuat yang mampu melawan arus "demokrasi" (hegemoni) yang dihembuskan dari atas (pemerintah). Sosok Gus Dur & Mega dipandang oleh beberapa organisasi pro-demokrasi dan rakyat umumnya sebagai tokoh demokrat (reformis). Fokus gerakan progresif harus keluar dari frame "demokrasi" ini..

Kini setelah ruang demokrasi terbuka, kita harus terus melawan para sisa-sisa orde baru dan militerisme yang selama ini membeking kekuasaan. Reformasi yang hanya melahirkan reformis gadungan tentunya adalah bertentangan dengan cita-cita rakyat indonesia yaitu bagaimana hak-hak ekonomi dan politik rakyat tiak dibatasi. Sebagai buktinya, masih banyak tindakan represif yang dilakukan aparat terhadap rakyat yang menuntut hak-haknya. Para reformis gadungan hanya sibuk dengan kepentingan politiknya masing-masing bukan kepentingan rakyat yang selama ini terampas oleh penindas.

Lemahnya gerakan progresif di Indonesia bisa dilihat. Ialah, mahasiswa (yang sebagian diantaranya sektarian) memimpin gerakan itu, bukan buruh dan rakyat biasa. Lebih parah lagi orang-orang opertunisme terlibat. Akibat dari teori "persengkokolan" ini akan menimbulkan kesan nasionalis, ialah adanya kesan penindasan negara kapitalis maju pada negara berkembang - dengan melupakan bahwa dalam negara berkembang juga ada penindasan.

Nah dalam melihat fenomena seperti ini kelompok pergerakan di manapun juga harus mempersiapkan infrastrukturnya dalam artian ia harus mempunyai basis massa yang terdidik,terpimpin dan terorganisir dalam menghadapi demokratisasi politik ini jangan malah ikut terbawa oleh fenomena ini dan dibelokkan secara ideologi karena ini sangat berbahaya. Saat ini yang perlu dilakukan adalah membangun gerakan progresif kerakyatan yang sejati .

Tidak ada komentar: